Total Pageviews

Saturday, 21 January 2012

bermain dengan pocong


                                        salam sukses buat para netter.

kisah ini diangkat kurang lebih 65 tahun yang lalu,sekitar tahun 1950-1960.saat itu kota jakarta ,terutama tempat dimana sekarang aku tinggal masih berupa rawa-rawa,banyak sekali pohan-pohon besar,angker dan menakutkan.konon katanya jalanan waktu itu masih sepi,hawa udara masih asri,pinggiran kali angke masih berwarna coklat muda,gak seperti sekarang yang berwarna hitam kental bercampur lumpur.

dikisahkan malam itu bulan purnama,dimana pada malam itu 1 orang bapak dan 3 orang anak lelakinya yang masih abg mengadakan perjalanan dari wilayah angke menuju kapuk dengan jalan kaki.maklum karena tahun segitu kendaraan masih susah dimalam hari,yang ada hanyalah bajing luncat dan para rampok jalanan.
ada catatan tersendiri sibapak ini adalah jawara dari banten,punya 5 istri sah dan 6 putra 1 putri.seni bela dirinya aliran beksi tingkat tinggi,ilmu kebatinannya gak jauh dari ilmu kadigjayaan orang dulu,kemana-mana selalu bawa sirih tapi sibapak ini gak nyirih,dan pusakanya banyak sekali.salah satu diantaranya adalah golok sulangkar khas senjata pusaka jawara banten.konon katanya bukan jawara banten kalau dia gak punya golok sulangkar dan belum pernah bertapa di puncak gunung karang

angin dingin berhembus menerpa kulit masing-masing dan suara binatang kecil mengiringi langkah kaki yang berjalan dengan semangatnya.4 orang lelaki ini berjalan dengan membawa golok dipinggang,memakai celana panjang hitam,dan sarung di leher.mereka berjalan menyusuri jalan yang sekarang jadi jalan pangeran tubagus angke,melewati pekuburan besar yaitu pekuburan kampung gusti.sekarang jadi komplek dutamas.terus masuk wilayah jembatan genit,dan sedikit lagi mau masuk wilayah kapuk jagal dan terus kedalam......   
ditengah-tengah perjalanan golok si bapak ini bergerak-gerak dipinggangnya,dan terus berbunyi laksana minta izin mau keluar.sibapak ini sadar akan ada bahaya didepan perjalanan,lantas memperingatkan kepada 3 anak lelakinya agar berhati-hati.
kaki terus berjalan.dikejauhan mata masing-masing melihat sosok pocong yang sedang berjalan dibawah sinar purnama ditengah-tengah sawah yang tanahnya sedang kering.

bapak ini hanya tersenyum,lalu berkata pada anak-anaknya ini pelajaran buat kalian semua untuk bermain dengan sosok pocong.pelajaran ke 1 katanya perhatikan kakinya,pocong berjalan dengan pusaran angin.pusaran angin ini gak bisa dilihat dengan mata normal(harus dengan nungging,dimana posisi mata kebalik)makanya pocong akan terlihat berjalan melayang.,ke 2 hati-hati dengan semburan ludahnya,ke3 siapkan sarung masing-masing untuk membuat pecutan(katanya pocong takut akan suara pecutan),pelajaran ke 4,bayangan.(dibawah sinar purnama,pocong akan menghilang dibalik bayangan pohon ataupun bayangan manusia)

serasa persiapan sudah cukup,pocong ini dikepung dengan 4 penjuru.pocong ini lari ke bayangan sibapak,langsung dipecut;lari lagi ke bayangan 3 orang anaknya,dipecut juga.lari,.....lari,......dan lari seterusnya.3 orang anak sibapak ini bersorak kegirangan laksana dapat mainan baru yang murah lagi meriah..
satu waktu anak paling sulung kurang bergerak dengan cepat,maklum anak sulung ini gak menguasai seni bela diri bapaknya,sementara adik-adiknya seni bela dirinya diatas rata-rata orang seusianya.pocong itu masuk dan menghilang dibayangannya.keringat bercucuran,dan dengan tawa bahagia kembali berjalan pulang.

tulisan ini sengaja aku dedikasikan untuk almarhum kakekku(sibapak di cerita),almarhum bapakku(anak sulung),almarhum pamanku(anak ke 2),juga almarhum pamanku( anak ke-3].semoga dari pengalaman mereka ada ilmu yang bisa dipetik pembaca.
aku sebagai cucu juga anak ,dengan rasa bangga menuangkan cerita ini dan berusaha berbagi dengan pembaca sekalian.

untuk kali ini aku rasa cukup sekian,dan mohon mafhum.masih banyak cerita seru yang mengandung ilmu yang masih aku pertimbangkan untuk aku tulis di blog ini.tunggu kelanjutannya esok atau lusa.terima kasih.

No comments:

Post a Comment